Monday, August 26, 2013

Cara Gampang Membuat Blog

Cara Membuat Blog
Pertama-tama anda harus mempunyai account di gmail. Kalau belum mempunyai account gmail, maka anda harus membuat account gmail terlebih dahulu. Bagaimana carany membuat account gmail? Mari kita ikuti langkah berikut ini

1. Cara Membuat Email di Gmail
Daftar GMAIL gratis buka www.accounts.google.com lalu klik di pojok kanan atas Create An Account atau Buat Akun bottom yang berwarna merah


Tinggal isi data data di akun gmail yang akan dibuat seperti nama, tempat tanggal lahir , password dan lain-lain.

Biasanya dalam membuat email di GMAIL kita perlu verifikasi lewat nomor handphone jadi usahakan masukan nomor handphone yang bisa dikirimin sms dari Google untuk verifikasi.
Setelah email di Gmail dibuat baru kita bisa melanjutkan ke step 2 membuat blog.

2. Daftar di Blogger.com
Setelah membuat email di GMAIL sekarang saatnya daftar di www.Blogger.com    
buka www.blogger.com lalu masukkan pasword anda di sandi email


Lalu akan muncul Selamat datang Blogger. Pilih buat blog profil terbatas.

Setelah itu akan muncul halaman konfirmasi profil



Isi nama tampilan atau judul blog anda, setelah itu klik lanjutkan ke blogger
Lalu akan muncul untuk memulai membuat blog baru.Anda bisa membuat beberapa blog. misalnya blog untuk tulisan jurnal, blog untuk resep masakan, blog untuk toko online dan lain-lain. tinggal klik new blog atau blog baru aja. 



Setelah itu akan muncul : daftar blog. Isi judul blog anda dan biasanya alamat blog sering kali muncul alamat tidak tersedia. Coba ganti dengan nama lain sampai dapat.


Setelah selesai, anda siap untuk mulai mengatur blog anda.



Setelah masuk dashboard anda bisa klik template untuk mempercantik tampilan anda


Silahkan memilih template blog yang anda suka. Anda bisa memilih template Sederhana, Tampilan Dinamis, jendela atau lainnya. Tinggal klik salah satu.



setelah pilih akan muncul


Blog Anda Sudah siap diisi
Selamat ! sampai disini blog sudah berhasil dibuat, namun masih kosong. Siapkan tulisan dan mulai posting atau mengisi blog. Klik Entri Baru atau new post


Siap mengisi blog dengan tulisan





Selamat mencoba

Selling with Human Spirit

Marketing terus bergerak mengalami perubahan. Pada awalnya, marketing hanya terpusat pada produk, artinya hanya bertujuan untuk menjual produk saja tanpa memikirkan hal lainnya. Dan perusahaan melihat pasar sebagai pusat produksi massal dan hanya untuk kebutuhan fisik semata,
sehingga marketing saat itu mempunyai konsep hanya pada pengembangan produk. Hal ini dapat dilihat pada marketing guidelines nya yang merujuk pada speseifikasi dari produk dan nilai atau value proposition dari produk tersebut sebagai fungsi dari produk itu. Konsep seperti
inilah yang kemudian lebih dikenal dengan Marketing 1.0 Product Centric Marketing. Perusahaan hanya memikirkan bagaimana dapat membuat produk sebanyak-banyaknya dan bagaimana para marketing dapat menjual produk tersebut sebanyak-banyaknya. Para marketing hanya berpikir
menjual, menjual dan menjual.

Kemudian konsep marketing bergerak ke Marketing 2.0 yaitu menjadi Customer Oriented Marketing. Perusahan tidak lagi melihat pasar sebagai tempat menjual produk dengan massal. Namun, perusahaan melihat pasar sebagai pusat pembeli yang cerdas yang memiliki pikiran dan perasaan. Konsep marketing berubah menjadi bagaimana menjual produk yang berbeda dari yang sudah ada. Perusahan mulai memikirkan positioning pada produknya. Nilai atau value yang ditawarkan tidak lagi hanya pada fungsi produk semata tetapi sudah mulai ditambahkan dengan emosi. Bagaimana produk yang dijual bisa memberikan ikatan emosi kepada pembelinya. Misalnya, sepeda motor Honda, kalau dulu sepeda motor hanya ada sepeda 'motor bebek' dan sport, model tidak terlalu banyak, hanya satu tipe dan diproduksi sesuai dengan fungsinya dan diproduksi massal. Namun sekarang, sepeda motor Honda memproduksi banyak tipe untuk jenis 'motor bebek' dengan spesifikasi yang beragam, seperti Revo, Beat, Vario, Supra, Scoopy yang disesuaikan dengan style
dan kepribadian pengendaranya. Begitupun dalam penampilannya, Honda melihat pembeli secara detil, misalnya untuk perempuan yang feminim lebih dianjurkan ke tipe Vario dengan warna-warna girly nya antara lain pink dan ungu. Dan tidak hanya pada produknya saja, namun juga pada pelayanan penjualannya, antara lain untuk membeli harus indent atau memesan terlebih dahulu.

Di perkembangan terkini, marketing bergerak ke marketing 3.0 dengan tujuan membuat dunia menjadi lebih baik. Perusahaan melihat pasar sebagai manusia yang utuh yakni ada body, mind and spirit. Konsep marketingnyapun berubah menjadi Value dengan value propositionnya adalah Functional, Emotional and Spiritual. Dalam marketing 3.0 perusahaan melihat konsumen sebagai whole human beings. Manusia yang utuh yang memiliki kemampuan untuk berpikir dan menganalisa, memiliki hati yang dapat merasakan dan sisi spiritual. Para marketing perlu
mengidentifikasikan apa yang diinginkan dan apa kecemasan dari konsumen, sehingga bisa mentargetkan pikiran, hati dan spirit mereka. Marketing tidak lagi hanya sebagai alat untuk menjual produk dan memenuhi permintaan pasar, namun juga mengetahui apa yang diharapkan
oleh konsumen dan membangun kepercayaan konsumen terhadap produk yang ada. Pada marketing 3.0 ini konsumen lebih jeli melihat perusahaan. Mereka akan melihat apa yang sudah dilakukan perusahaan tersebut untuk membuat dunia ini menjadi lebih baik. Misalnya produk air minum Aqua
yang mengatakan perusahaannya terus mengupayakan pelestarian alam di sekitar sumber air yang digunakan. Komitmen Aqua untuk selalu mengelola bisnis yang bertanggung jawab bagi masyarakat dan lingkungan. Perusahaan ini juga mendirikan Aqua Lestari sebagai bentuk kontribusinya pada masyarakat. Aqua Lestari direalisasikan dengan melaksanakan berbagai inisiatif sosial dan lingkungan yang mencakup wilayah sub-Daerah Aliran Sungai (DAS) secara terintegrasi dari
wilayah hulu, tengah, dan hilir di lokasi Aqua Group beroperasi yang disesuaikan dengan konteks lokal. Berbagai inisiatif tersebut berada di bawah empat pilar, yaitu: Pelestarian Air dan Lingkungan, Praktik Perusahaan Ramah Lingkungan, Pengelolaan Distribusi Produk, serta Pelibatan dan Pemberdayaan Masyarakat.

Dari sini jelas terlihat perkembangan dunia marketing yang tidak lagi hanya menjual produk saja namun sekarang tertuju kepada konsumen secara utuh. Melihat konsumen sebagai pribadi yang unik yang memiliki identitas dan keinginan. Melihat konsumen sebagai brand owner. Para pemilik perusahaan harus dapat melihat hal ini sebagai era future marketing dan tidak bisa diam saja atau tidak peduli. Saya pernah mendengar seorang teman yang menolak menginap sebuah hotel bintang 5 di Jakarta karena hotel tersebut menyumbang limbah terbesar di Jakarta.  Padahal sebelumnya dia adalah langganan setia hotel tersebut bila da perjalanan bisnis di Jakarta. Dia mengatakan kalau dia
menginap disana berarti dia juga ikut menyumbang limbah di Jakarta. Jadi, bila kita memiliki perusahaan, kita tidak bisa hanya memproduksi barang atau hanya menjual tanpa memikirkan human spirit. Oleh karena itu marketing 3.0 disebut sebagai marketing era human spirit.
Bagaimana kita sebagai pelaku bisnis atau konsumen dapat mengembangkan marketing 3.0 ini sebagai marketing yang uruh yang benar-benar mempunyai human spirit. Bisnis, pasar dan konsumen merupakan bagian dari universe, bagaimana kita sebagai entrepreneur mengintegrasikan
marketing 3.0 ini untuk menjadi future marketing bagi kehidupan manusia dan alam semesta.

Sunday, August 25, 2013

Apakah Memberi akan Menerima?

Ketika sedang asik membuka tabs di mall yang mewah dan dingin, aku dkejutkan oleh tepukan sekantong tissue di lenganku dari arah samping belakang. Dan kudengar seorang wanita berkata "Mau beli tissue? Cuma 10 ribu aja kok! Tanpa menoleh aku bilang "nggak, Makasih! Dan suara itu kembali berkata "Anak saya sedang sakit, cuma 10 ribu buat beli obat! Kata-kata perempuan itu yang mengatakan untuk beli obat anaknya yang sakit cukup mengusik rasa kemanusianku. Lalu  Aku ingat kalau uangku di dompet tidak ada uang 10 ribuan dan dia tidak mungkin perempuan itu punya uang kembalian 90 ribu. Dan nggak mungkin aku membeli 10 pak tissue.

Aku meninggalkan perempuan itu dengan perasaan bersalah. Untuk mengurangi rasa bersalahku. Aku mencoba mengamati penampilan perempuan itu yang dari tadi cuma aku dengar suaranya. Perempuan itu kelihatannya seperti keturunan chinese, usia antara 55-60, Memakai pakaian yang cukup bagus, menggunakan kacamata dengan frame yang lumayan model baru, memakai giwang bermata giok, memkai sepatu. Dan wajahnya tidak terlalu ramah cenderung galak. Dia masih saja duduk disana sendirian padahal banyak juga orang-orang yang duduk di bangku lain.

Beberapa waktu yang lalu ketika saya makan di sebuah fastfood di sebuah mall. Ada seorang perempuan yang datang mendekati saya dan meminta uang 5.000, dia mengatakan cucunya belum makan. Waktu itu saya langsung memberi dia uang kembalian yang ada di nampan saya. Karena saya merasa, saya bisa makan enak dan mampu untuk membeli sementara ada seorang perempuan minta uang untuk makan cucunya. Kenapa saya tidak memberinya. Teman saya waktu itu bertanya “kok, kamu kasi uang? Padahal cucunya gemuk dan tidak seperti anak yang kekurangan makan. Memang anak kecil yang diakui sebagai cucunya kelihatan gemuk dan sehat. Sementara perempuan itu sendiri kelihatan tua, pakai sandal jepit, membawa kantong kresek dan pakaiannya sederhana. Saya hanya mengatakan, gemuk khan bukan berarti sudah makan!.

Ketika saya ke Pasar Atum ada seorang perempuan yang meminta-minta. Katanya dia tidak punya siapa-siapa dan dirinya sedang sakit. Dia mau beli obat tapi tidak punya uang. Dengan wajah memelas dia menunjukan resep obatnya. Akhirnya aku memberi uang kepada perempuan itu. Mama saya yang datang mendekati saya, sehabis membeli makanan. Mengatakan kalau perempuan itu profesinya memang minta-minta di daerah Pasar Atum, Pengampon dan sekitarnya. Mama saya bercerita, dia mempunyai saudara yang mempunyai toko di Pasar Atum. Kata mama saya, ngapain dikasi? Saya menjawab, ya biarlah, kalau saudarnya membantu dia berobat, tentu perempuan itu tidak harus mempermalukan dirinya sendiri dengan mengemis.

Pernah ketika keluar kantor, tiba-tiba ada pengemis yang muncul di depan saya, yang tidak kelihatan dari mana datangnya. Pengemis tua kelihatan lusuh dan memelas sehingga langsung aja saya memberi dia uang. Dan dia mendoakan saya supaya selalu sehat dan banyak rejeki sebagai ucapan terima kasihnya. Ada yang mengatakan siapa tahu itu malaikat atau Yesus yang sedang menguji kita dan menyamar. Kata anak buah saya waktu itu, Siapa tahu mau dapat rejeki mom! Saya hanya menjawab Aminn... apakah kalau kita memberi pengemis lalu akan mendapat rejeki? Mantan bos saya dulu suka memberi sumbangan ke klenteng, memasang lilin yang se gede manusia agar usahanya laris.  

Saya jadi ingat tulisan Marlo Abu yang menulis buku Hukum Langit, meskipun saya sendiri belum membacanya. Tapi dari covernya dia mempertanyakan : Apa boleh kita bersedekah dengan tujuan agar bisnis kita semakin besar dan berkembang?  Patutkah kita memberi pengemis atau menyantuni anak yatim dengan harapan mendapatkan balasan dan meminta mereka mendoakan usaha dan diri kita?  Banyak orang yang selalu berdoa meminta rejeki dan memberikan sumbangan ke gereja atau ke masjid tapi kenapa kok doanya belum terjawab. Saya jadi ingat sebuah ayat di alkitab “Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu”. (Yak 4:3). Apakah benar kita meminta karena kita kekurangan?

Saya sendiri tidak tahu apakah dengan bersedekah atau memberi pengemis uang maka kita akan mendapatkan imbalan rejeki. Ketika saya memberi saya tidak pernah berpikir, apakah orang itu benar cucunya lapar, anaknya sakit atau dirinya sakit. Kalau saya memang ada uang maka saya akan memberi dengan iklas dan rasional. Bagaimana seandainya dia berbohong? Bagi saya itu tidak penting. Kalau seandainya dia berbohong, maka itu urusan dia dengan Tuhan. Dan bukan lagi menjadi urusan saya. Saya sendiri tidak tahu apakah karena saya sering memberi sehingga saya juga selalu menerima rejeki ketika saya membutuhkan. Dan selalu ada saja cara Tuhan memberikan rejekinya untuk saya. Tuhan sangat tahu keperluan kita, sehingga Dia akan memenuhi apa yang kita perlukan tetapi bukan apa yang kita mau. Kita harus percaya sepenuhnya kepada Tuhan, Dia tahu yang terbaik. Yang kita perlukan adakah keyakinan dan iman akan Tuhan.

“Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita”.2 Kor 9:7)