Saturday, December 7, 2024

Jam dinding terus berjalan detik demi detik, berputar dengan konstan. Suaranya seperti menggema dalam GriyavTawang yang sepi. Ava duduk, sambil terus memandang jam di dinding dan hanyut mengikuti hitungan detik. Tik. Tik. Tik. Tik. Tik terus berputar melewati angka demi angka tiga, enam, sembilan, dua belas, terus berputar dan Malik belum juga menampakan barang hidungnya. 

Pikiran Ava terus berkelana, kelebatan kejadian yang memunculkan trauma terus berputar bagaikan film layar tancap yang buram. Kadang berwarna hitam putih, kadang berwarna dengan jelas, kadang seperti film rusak. Jantung Ava berdebar dengan kencang, dia melihat tangannya mulai bergetar. Ava memegang tangannya sendiri. "Kamu harus bisa dan kuat Ava! Dia Menenangkan dan menguatkan dirinya sendiri. 

Dia berdiri mengambil air minum di atas meja. Dengan perlahan dia meminumnya dan berpikir. Bagaimana kalau Malik menolak berpisah? Bagaimana kalau dia murka dan membunuhku. Ava menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkan perlahan. Dia mencoba mengatur nafasnya dan meredam ketakutannya. Film masa kecil kembali berputar, ketakutan akan pertengkaran yang brutal kedua orang tuanya. 

"Tidak aku harus kuat dan keluar dari lingkaran setan ini" Aku ingin bahagia! Kamu harus bisa Ava! Hanya kamu yang bisa menghentikan kegilaan ini semua! 
Ava menatap dirinya dalam cermin, melihat wajahnya yang penuh kesedihan dan ketakutan. 
"Kapan terakhir aku merasakan bahagia? 
Tiba-tiba kejadian di tempat Bowling dengan Raga muncul. Ava melihat dirinya tersenyum dan teringat betapa dia bisa lepas dan bahagia sehabis strike dan celebrate. 

Secuil kebahagiaan setelah tiga tahun bersama Malik dan penuh dengan pertengkaran, teriakan, caci maki, sumpah serapah dan kadang tamparan atau cederakan yang menyakitkan. Tanpa sadar air mata Ava menetes. "Tidak aku harus menghentikan ini semua.  Benar kata Lara aku jahat sama diriku sendiri. Aku membiarkan semua siksaan ini, Aku terus memutar film yang menyakitkan tanpa berusaha menghadapi. Aku terlalu takut untuk menatap ketakutanku. 

Aku harus menghentikan kegilaan ini. Aku ingin merasakan bahagia tanpa rasa kuatir, rasa takut dan cemas yang selalu menghantui. Aku harus jujur dengan Raga. Dia perlu tahu apa yang terjadi dan mengenal diriku yang sesungguhnya. 

Nafas Ava mulai teratur dan tenang. Dia tetap menatap dirinya dalam cermin. Dia merapikan make up dan menambahi lipstik di bibirnya. Dia mencoba tersenyum dan berusaha menguatkan dirinya. Apapun yang terjadi aku harus siap. Aku harus menghentikan ke toxic kan Malik. Aku tidak ingin terus seperti ini" Kata Ava pada dirinya sendiri. 

Lamunan Ava terpecah ketika mendengar bel kamarnya berbunyi. Jantung Ava berdentam riuh seperti genderang yang dibunyikan dengan gegap gempita. Ava berusaha menenangkan dirinya dan dengan percaya dia berjalan membuka pintu kamarnya. 

Catatan: 
Tulisan ini terinspirasi film Heartbreaker Motel yang sedang tayang di Netflix. Cuplikan imaginasi ketika Ava bertemu dengan Malik di Hotel. 


0 comments:

Post a Comment