Sunday, August 25, 2013

Ketika sedang asik membuka tabs di mall yang mewah dan dingin, aku dkejutkan oleh tepukan sekantong tissue di lenganku dari arah samping belakang. Dan kudengar seorang wanita berkata "Mau beli tissue? Cuma 10 ribu aja kok! Tanpa menoleh aku bilang "nggak, Makasih! Dan suara itu kembali berkata "Anak saya sedang sakit, cuma 10 ribu buat beli obat! Kata-kata perempuan itu yang mengatakan untuk beli obat anaknya yang sakit cukup mengusik rasa kemanusianku. Lalu  Aku ingat kalau uangku di dompet tidak ada uang 10 ribuan dan dia tidak mungkin perempuan itu punya uang kembalian 90 ribu. Dan nggak mungkin aku membeli 10 pak tissue.

Aku meninggalkan perempuan itu dengan perasaan bersalah. Untuk mengurangi rasa bersalahku. Aku mencoba mengamati penampilan perempuan itu yang dari tadi cuma aku dengar suaranya. Perempuan itu kelihatannya seperti keturunan chinese, usia antara 55-60, Memakai pakaian yang cukup bagus, menggunakan kacamata dengan frame yang lumayan model baru, memakai giwang bermata giok, memkai sepatu. Dan wajahnya tidak terlalu ramah cenderung galak. Dia masih saja duduk disana sendirian padahal banyak juga orang-orang yang duduk di bangku lain.

Beberapa waktu yang lalu ketika saya makan di sebuah fastfood di sebuah mall. Ada seorang perempuan yang datang mendekati saya dan meminta uang 5.000, dia mengatakan cucunya belum makan. Waktu itu saya langsung memberi dia uang kembalian yang ada di nampan saya. Karena saya merasa, saya bisa makan enak dan mampu untuk membeli sementara ada seorang perempuan minta uang untuk makan cucunya. Kenapa saya tidak memberinya. Teman saya waktu itu bertanya “kok, kamu kasi uang? Padahal cucunya gemuk dan tidak seperti anak yang kekurangan makan. Memang anak kecil yang diakui sebagai cucunya kelihatan gemuk dan sehat. Sementara perempuan itu sendiri kelihatan tua, pakai sandal jepit, membawa kantong kresek dan pakaiannya sederhana. Saya hanya mengatakan, gemuk khan bukan berarti sudah makan!.

Ketika saya ke Pasar Atum ada seorang perempuan yang meminta-minta. Katanya dia tidak punya siapa-siapa dan dirinya sedang sakit. Dia mau beli obat tapi tidak punya uang. Dengan wajah memelas dia menunjukan resep obatnya. Akhirnya aku memberi uang kepada perempuan itu. Mama saya yang datang mendekati saya, sehabis membeli makanan. Mengatakan kalau perempuan itu profesinya memang minta-minta di daerah Pasar Atum, Pengampon dan sekitarnya. Mama saya bercerita, dia mempunyai saudara yang mempunyai toko di Pasar Atum. Kata mama saya, ngapain dikasi? Saya menjawab, ya biarlah, kalau saudarnya membantu dia berobat, tentu perempuan itu tidak harus mempermalukan dirinya sendiri dengan mengemis.

Pernah ketika keluar kantor, tiba-tiba ada pengemis yang muncul di depan saya, yang tidak kelihatan dari mana datangnya. Pengemis tua kelihatan lusuh dan memelas sehingga langsung aja saya memberi dia uang. Dan dia mendoakan saya supaya selalu sehat dan banyak rejeki sebagai ucapan terima kasihnya. Ada yang mengatakan siapa tahu itu malaikat atau Yesus yang sedang menguji kita dan menyamar. Kata anak buah saya waktu itu, Siapa tahu mau dapat rejeki mom! Saya hanya menjawab Aminn... apakah kalau kita memberi pengemis lalu akan mendapat rejeki? Mantan bos saya dulu suka memberi sumbangan ke klenteng, memasang lilin yang se gede manusia agar usahanya laris.  

Saya jadi ingat tulisan Marlo Abu yang menulis buku Hukum Langit, meskipun saya sendiri belum membacanya. Tapi dari covernya dia mempertanyakan : Apa boleh kita bersedekah dengan tujuan agar bisnis kita semakin besar dan berkembang?  Patutkah kita memberi pengemis atau menyantuni anak yatim dengan harapan mendapatkan balasan dan meminta mereka mendoakan usaha dan diri kita?  Banyak orang yang selalu berdoa meminta rejeki dan memberikan sumbangan ke gereja atau ke masjid tapi kenapa kok doanya belum terjawab. Saya jadi ingat sebuah ayat di alkitab “Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu”. (Yak 4:3). Apakah benar kita meminta karena kita kekurangan?

Saya sendiri tidak tahu apakah dengan bersedekah atau memberi pengemis uang maka kita akan mendapatkan imbalan rejeki. Ketika saya memberi saya tidak pernah berpikir, apakah orang itu benar cucunya lapar, anaknya sakit atau dirinya sakit. Kalau saya memang ada uang maka saya akan memberi dengan iklas dan rasional. Bagaimana seandainya dia berbohong? Bagi saya itu tidak penting. Kalau seandainya dia berbohong, maka itu urusan dia dengan Tuhan. Dan bukan lagi menjadi urusan saya. Saya sendiri tidak tahu apakah karena saya sering memberi sehingga saya juga selalu menerima rejeki ketika saya membutuhkan. Dan selalu ada saja cara Tuhan memberikan rejekinya untuk saya. Tuhan sangat tahu keperluan kita, sehingga Dia akan memenuhi apa yang kita perlukan tetapi bukan apa yang kita mau. Kita harus percaya sepenuhnya kepada Tuhan, Dia tahu yang terbaik. Yang kita perlukan adakah keyakinan dan iman akan Tuhan.

“Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita”.2 Kor 9:7)

0 comments:

Post a Comment