Dalam sebuah perjalanan ke
Bangkok, ketika sedang antri di imigrasi saya mendengar pembicaran
dua orang turis dari Jerman dan Belanda yang sedang antri di depan saya. Merka
memuji pemandangan Bali yang indah, tapi mereka kesal dengan pelayanan petugas imigrasi yang sama sekali tidak peduli dengan antrian yang panjang,
malah ditinggal keluar untuk merokok. Tidak hanya itu dia juga bercerita ditangkap polisi
ketika mengendarai sepeda motor dan salah jalan. Bukannya diberitahu tapi malah
dimintai uang atau masuk ke pengadilan untuk disidang.
Saya juga mempunyai pengalaman
bagaimana dilayani dengan baik dan tidak pada sebuah jasa penerbangan. Ketika sedang dalam perjalanan menunju New York dengan
menggunakan pesawat Qatar. Di dalam pesawat yang sedang menuju Doha, saya sangat terkesan dengan
Pramugarinya, dari wajah dan namanya saya tahu dia orang
India. Dia begitu peduli dengan penumpangnya. Ketika saya
tidak ingin makan sandwich, dia memberikan saya snack cookies. Karena dia melihat saya memakan snack cookies yang diberikan. Tidak
hanya itu dia juga menanyakan penumpang dibelakang saya yang kelihatan mabuk udara. Apakah dia baik-baik dan menginginkan sesuatu. Berbeda sekali dengan pramugari
citilink waktu saya ke Jakarta. Ketika ada seorang perempuan yang sudah kelihatan tua dan kesulitan menaikan bagasinya malah
diminta cepat masuk dan duduk tanpa ada rasa peduli untuk membantu.
Orang yang bekerja dalam
bidang Service atau Pelayanan harus mempunyai rasa untuk melayani orang lain
tidak hanya fisiknya saja yang hadir tapi juga hati untuk melayani. Seseorang yang peduli dan memperhatikan kebutuhan orang lain, mempunyai sikap yang baik, dan bersedia membantu orang lain. Tidak semua
orang memiliki rasa atau mau melayani orang lain dengan sepenuh hati. Mungkin orang tersebut itu sudah mendapat pelatihan tentang Pelayanan
dan bagaimana melayani tetapi kalau dia tidak melakukannya dengan sepenuh hati
maka jadinya akan seperti robot. Saya mempunyai dua pengalaman di sebuah
restoran. Waktu saya makan di sebuah restoran di Siem Reap – Cambodia,
pelayannya sangat ramah. Dia menanyakan kabar saya, darimana dan berusaha
menjalin komunikasi sambil mencatat pesanan saya. Ketika selesai dia menanyakan
bagaimana makanannya? Apakah saya suka dengan masakannya? Dan terakhir dia
bertanya apakah saya mau datang kembali? Dan ketika saya makan di sebuah
restoran Pizza di Surabaya, pelayananya juga melakukan hal yang sama. Dia
memperkenalkan dirinya, dan menjelaskan menemunya. Dia juga menanyakan apakah
makanannya enak. Tetapi bedanya yang di Surabaya, dia melakukannya dengan
cepat, tanpa senyum, terkesan buru-buru dan memang sudah SOP. Dia kelihatan
tidak melakukannya dengan sepenuh hati, tetapi itu memang sudah tugas dia.
Seseorang mungkin sudah
diberikan training atau pelatihan bagaimana melayani atau apa itu Service
Excellent. Mereka mungkin tahu secara teori apa itu pelayanan prima. Tetapi
untuk menanamkan rasa peduli dan melayani dengan hati pada seseorang itu yang
tidak mudah. Karena itu menyangkut kebiasaan, menyangkut nilai seseorang tentang arti melayani, menyangkut ego
seseorang dan bisa jadi itu bukan budaya dari
perusahaan itu.
Terimakasih bu atas sharingnya :)
ReplyDelete