Marketing terus bergerak mengalami perubahan. Pada awalnya,
marketing hanya terpusat pada produk, artinya hanya bertujuan untuk menjual produk
saja tanpa memikirkan hal lainnya. Dan perusahaan melihat pasar sebagai pusat
produksi massal dan hanya untuk kebutuhan fisik semata,
sehingga marketing saat itu mempunyai konsep hanya pada pengembangan produk. Hal ini dapat dilihat pada marketing guidelines nya yang merujuk pada speseifikasi dari produk dan nilai atau value proposition dari produk tersebut sebagai fungsi dari produk itu. Konsep seperti
inilah yang kemudian lebih dikenal dengan Marketing 1.0 Product Centric Marketing. Perusahaan hanya memikirkan bagaimana dapat membuat produk sebanyak-banyaknya dan bagaimana para marketing dapat menjual produk tersebut sebanyak-banyaknya. Para marketing hanya berpikir
menjual, menjual dan menjual.
Kemudian konsep marketing bergerak ke Marketing 2.0 yaitu menjadi Customer Oriented Marketing. Perusahan tidak lagi melihat pasar sebagai tempat menjual produk dengan massal. Namun, perusahaan melihat pasar sebagai pusat pembeli yang cerdas yang memiliki pikiran dan perasaan. Konsep marketing berubah menjadi bagaimana menjual produk yang berbeda dari yang sudah ada. Perusahan mulai memikirkan positioning pada produknya. Nilai atau value yang ditawarkan tidak lagi hanya pada fungsi produk semata tetapi sudah mulai ditambahkan dengan emosi. Bagaimana produk yang dijual bisa memberikan ikatan emosi kepada pembelinya. Misalnya, sepeda motor Honda, kalau dulu sepeda motor hanya ada sepeda 'motor bebek' dan sport, model tidak terlalu banyak, hanya satu tipe dan diproduksi sesuai dengan fungsinya dan diproduksi massal. Namun sekarang, sepeda motor Honda memproduksi banyak tipe untuk jenis 'motor bebek' dengan spesifikasi yang beragam, seperti Revo, Beat, Vario, Supra, Scoopy yang disesuaikan dengan style
dan kepribadian pengendaranya. Begitupun dalam penampilannya, Honda melihat pembeli secara detil, misalnya untuk perempuan yang feminim lebih dianjurkan ke tipe Vario dengan warna-warna girly nya antara lain pink dan ungu. Dan tidak hanya pada produknya saja, namun juga pada pelayanan penjualannya, antara lain untuk membeli harus indent atau memesan terlebih dahulu.
Di perkembangan terkini, marketing bergerak ke marketing 3.0 dengan tujuan membuat dunia menjadi lebih baik. Perusahaan melihat pasar sebagai manusia yang utuh yakni ada body, mind and spirit. Konsep marketingnyapun berubah menjadi Value dengan value propositionnya adalah Functional, Emotional and Spiritual. Dalam marketing 3.0 perusahaan melihat konsumen sebagai whole human beings. Manusia yang utuh yang memiliki kemampuan untuk berpikir dan menganalisa, memiliki hati yang dapat merasakan dan sisi spiritual. Para marketing perlu
mengidentifikasikan apa yang diinginkan dan apa kecemasan dari konsumen, sehingga bisa mentargetkan pikiran, hati dan spirit mereka. Marketing tidak lagi hanya sebagai alat untuk menjual produk dan memenuhi permintaan pasar, namun juga mengetahui apa yang diharapkan
oleh konsumen dan membangun kepercayaan konsumen terhadap produk yang ada. Pada marketing 3.0 ini konsumen lebih jeli melihat perusahaan. Mereka akan melihat apa yang sudah dilakukan perusahaan tersebut untuk membuat dunia ini menjadi lebih baik. Misalnya produk air minum Aqua
yang mengatakan perusahaannya terus mengupayakan pelestarian alam di sekitar sumber air yang digunakan. Komitmen Aqua untuk selalu mengelola bisnis yang bertanggung jawab bagi masyarakat dan lingkungan. Perusahaan ini juga mendirikan Aqua Lestari sebagai bentuk kontribusinya pada masyarakat. Aqua Lestari direalisasikan dengan melaksanakan berbagai inisiatif sosial dan lingkungan yang mencakup wilayah sub-Daerah Aliran Sungai (DAS) secara terintegrasi dari
wilayah hulu, tengah, dan hilir di lokasi Aqua Group beroperasi yang disesuaikan dengan konteks lokal. Berbagai inisiatif tersebut berada di bawah empat pilar, yaitu: Pelestarian Air dan Lingkungan, Praktik Perusahaan Ramah Lingkungan, Pengelolaan Distribusi Produk, serta Pelibatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
Dari sini jelas terlihat perkembangan dunia marketing yang tidak lagi hanya menjual produk saja namun sekarang tertuju kepada konsumen secara utuh. Melihat konsumen sebagai pribadi yang unik yang memiliki identitas dan keinginan. Melihat konsumen sebagai brand owner. Para pemilik perusahaan harus dapat melihat hal ini sebagai era future marketing dan tidak bisa diam saja atau tidak peduli. Saya pernah mendengar seorang teman yang menolak menginap sebuah hotel bintang 5 di Jakarta karena hotel tersebut menyumbang limbah terbesar di Jakarta. Padahal sebelumnya dia adalah langganan setia hotel tersebut bila da perjalanan bisnis di Jakarta. Dia mengatakan kalau dia
menginap disana berarti dia juga ikut menyumbang limbah di Jakarta. Jadi, bila kita memiliki perusahaan, kita tidak bisa hanya memproduksi barang atau hanya menjual tanpa memikirkan human spirit. Oleh karena itu marketing 3.0 disebut sebagai marketing era human spirit.
Bagaimana kita sebagai pelaku bisnis atau konsumen dapat mengembangkan marketing 3.0 ini sebagai marketing yang uruh yang benar-benar mempunyai human spirit. Bisnis, pasar dan konsumen merupakan bagian dari universe, bagaimana kita sebagai entrepreneur mengintegrasikan
marketing 3.0 ini untuk menjadi future marketing bagi kehidupan manusia dan alam semesta.
sehingga marketing saat itu mempunyai konsep hanya pada pengembangan produk. Hal ini dapat dilihat pada marketing guidelines nya yang merujuk pada speseifikasi dari produk dan nilai atau value proposition dari produk tersebut sebagai fungsi dari produk itu. Konsep seperti
inilah yang kemudian lebih dikenal dengan Marketing 1.0 Product Centric Marketing. Perusahaan hanya memikirkan bagaimana dapat membuat produk sebanyak-banyaknya dan bagaimana para marketing dapat menjual produk tersebut sebanyak-banyaknya. Para marketing hanya berpikir
menjual, menjual dan menjual.
Kemudian konsep marketing bergerak ke Marketing 2.0 yaitu menjadi Customer Oriented Marketing. Perusahan tidak lagi melihat pasar sebagai tempat menjual produk dengan massal. Namun, perusahaan melihat pasar sebagai pusat pembeli yang cerdas yang memiliki pikiran dan perasaan. Konsep marketing berubah menjadi bagaimana menjual produk yang berbeda dari yang sudah ada. Perusahan mulai memikirkan positioning pada produknya. Nilai atau value yang ditawarkan tidak lagi hanya pada fungsi produk semata tetapi sudah mulai ditambahkan dengan emosi. Bagaimana produk yang dijual bisa memberikan ikatan emosi kepada pembelinya. Misalnya, sepeda motor Honda, kalau dulu sepeda motor hanya ada sepeda 'motor bebek' dan sport, model tidak terlalu banyak, hanya satu tipe dan diproduksi sesuai dengan fungsinya dan diproduksi massal. Namun sekarang, sepeda motor Honda memproduksi banyak tipe untuk jenis 'motor bebek' dengan spesifikasi yang beragam, seperti Revo, Beat, Vario, Supra, Scoopy yang disesuaikan dengan style
dan kepribadian pengendaranya. Begitupun dalam penampilannya, Honda melihat pembeli secara detil, misalnya untuk perempuan yang feminim lebih dianjurkan ke tipe Vario dengan warna-warna girly nya antara lain pink dan ungu. Dan tidak hanya pada produknya saja, namun juga pada pelayanan penjualannya, antara lain untuk membeli harus indent atau memesan terlebih dahulu.
Di perkembangan terkini, marketing bergerak ke marketing 3.0 dengan tujuan membuat dunia menjadi lebih baik. Perusahaan melihat pasar sebagai manusia yang utuh yakni ada body, mind and spirit. Konsep marketingnyapun berubah menjadi Value dengan value propositionnya adalah Functional, Emotional and Spiritual. Dalam marketing 3.0 perusahaan melihat konsumen sebagai whole human beings. Manusia yang utuh yang memiliki kemampuan untuk berpikir dan menganalisa, memiliki hati yang dapat merasakan dan sisi spiritual. Para marketing perlu
mengidentifikasikan apa yang diinginkan dan apa kecemasan dari konsumen, sehingga bisa mentargetkan pikiran, hati dan spirit mereka. Marketing tidak lagi hanya sebagai alat untuk menjual produk dan memenuhi permintaan pasar, namun juga mengetahui apa yang diharapkan
oleh konsumen dan membangun kepercayaan konsumen terhadap produk yang ada. Pada marketing 3.0 ini konsumen lebih jeli melihat perusahaan. Mereka akan melihat apa yang sudah dilakukan perusahaan tersebut untuk membuat dunia ini menjadi lebih baik. Misalnya produk air minum Aqua
yang mengatakan perusahaannya terus mengupayakan pelestarian alam di sekitar sumber air yang digunakan. Komitmen Aqua untuk selalu mengelola bisnis yang bertanggung jawab bagi masyarakat dan lingkungan. Perusahaan ini juga mendirikan Aqua Lestari sebagai bentuk kontribusinya pada masyarakat. Aqua Lestari direalisasikan dengan melaksanakan berbagai inisiatif sosial dan lingkungan yang mencakup wilayah sub-Daerah Aliran Sungai (DAS) secara terintegrasi dari
wilayah hulu, tengah, dan hilir di lokasi Aqua Group beroperasi yang disesuaikan dengan konteks lokal. Berbagai inisiatif tersebut berada di bawah empat pilar, yaitu: Pelestarian Air dan Lingkungan, Praktik Perusahaan Ramah Lingkungan, Pengelolaan Distribusi Produk, serta Pelibatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
Dari sini jelas terlihat perkembangan dunia marketing yang tidak lagi hanya menjual produk saja namun sekarang tertuju kepada konsumen secara utuh. Melihat konsumen sebagai pribadi yang unik yang memiliki identitas dan keinginan. Melihat konsumen sebagai brand owner. Para pemilik perusahaan harus dapat melihat hal ini sebagai era future marketing dan tidak bisa diam saja atau tidak peduli. Saya pernah mendengar seorang teman yang menolak menginap sebuah hotel bintang 5 di Jakarta karena hotel tersebut menyumbang limbah terbesar di Jakarta. Padahal sebelumnya dia adalah langganan setia hotel tersebut bila da perjalanan bisnis di Jakarta. Dia mengatakan kalau dia
menginap disana berarti dia juga ikut menyumbang limbah di Jakarta. Jadi, bila kita memiliki perusahaan, kita tidak bisa hanya memproduksi barang atau hanya menjual tanpa memikirkan human spirit. Oleh karena itu marketing 3.0 disebut sebagai marketing era human spirit.
Bagaimana kita sebagai pelaku bisnis atau konsumen dapat mengembangkan marketing 3.0 ini sebagai marketing yang uruh yang benar-benar mempunyai human spirit. Bisnis, pasar dan konsumen merupakan bagian dari universe, bagaimana kita sebagai entrepreneur mengintegrasikan
marketing 3.0 ini untuk menjadi future marketing bagi kehidupan manusia dan alam semesta.
0 comments:
Post a Comment