Menurut
Amalia E.Maulana, Brand adalah merek yang dimiliki oleh perusahaan, sedangkan branding adalah
kumpulan kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka proses
membangun dan membesarkan brand.
Banyak pengusaha atau pedagang khususnya penjual makanan di Indonesia, yang pada awalnya tidak memberi merek atau brand pada dagangannya. Missal penjual gudeg yang akhirnya dikenal dengan gudeg yu jum, bakpia yang dikenal dengan nomer rumahnya, Bakwan Kapasari yang dulu berjualan di jalan kapasari, bakso ketabang kali, soto ayam ambengan pak sadi yang dulu berjualan dipinggir jalan ambengan. Semuanya berdasar nama penjual, nama jalan, nama karakter penjualnya, bebek pak jenggot karena yang jual berjenggot, Kepiting Cak Gundul karena yang jual gundul.
Banyak pengusaha atau pedagang khususnya penjual makanan di Indonesia, yang pada awalnya tidak memberi merek atau brand pada dagangannya. Missal penjual gudeg yang akhirnya dikenal dengan gudeg yu jum, bakpia yang dikenal dengan nomer rumahnya, Bakwan Kapasari yang dulu berjualan di jalan kapasari, bakso ketabang kali, soto ayam ambengan pak sadi yang dulu berjualan dipinggir jalan ambengan. Semuanya berdasar nama penjual, nama jalan, nama karakter penjualnya, bebek pak jenggot karena yang jual berjenggot, Kepiting Cak Gundul karena yang jual gundul.
Tidak
hanya orang biasa saja yang bisa menjadi merek atau brand suatu produk. Para artis
yang mulai berbisnis juga menggunakan namanya sebagai merek dengan harapan,
mudah dikenal dan tidak perlu lagi membangun branding di masyarakat. Sehingga orang
berminat untuk mencoba, membeli dan merasakan product tersebut. Misalnya Inul
daratista yang membuat bisnis karaoke dengan nama Inul Vista. Luna Maya dengan
bisnis restonya di Bandung, Mayang Sari dengan Bisnis Suki bernama Mayang.
Brand
yang menggunakan nama pemilik bisa menguntungkan bisa juga berdampak bila
terjadi sesuatu dengan pemiliknya. Seperti kita ketahui ketika Luna Maya
tersangkut kasus dengan Ariel, restorannya di Bandung langsung tutup. Kita juga
tentu ingat dengan nama A Agym yang begitu terkenal dengan dakwahnya, disukai
ibu-ibu dan memiliki banyak bisnis, pendiri pondok pesantren Darut Tauhit. Tetapi ketika dia menceraikan Teh
Ninih, semua bisnisnya ikut kolaps. Ibu-ibu jadi membencinya, dakwahnya tidak
ada yang mau mendengar. Bisnis travel Hajinya langsung sepi, para orang tua
menarik anaknya dari pondok pesantrennya.
Begitu pula
dengan rumah makan wong solo, ketika pemiliknya dengan bangga mengatakan kalau
dia memiliki beberapa isteri disebuah media. Langsung banyak para perempuan
yang tidak suka dan tidak mau lagi makan di rumah makan tersebut. Rumah makan
ini pengunjungnya rata-rata adalah keluarga. Para ibu tentu tidak senang dan
tidak mau mengajak suaminya makan di rumah makan tersebut. Tidak beberapa lama
beberapa gerainya tutup dan rumah makan ini menjadi sepi pengunjungnya.
Apakah
ini juga yang terjadi dengan restaurant Suki milik Mayang Sari di Surabaya.
Masih jelas dalam ingatan bagaimana arogantnya Mayang Sari dalam mendapatkan
Bambang. Dengan terang-terangan dia memamerkan kekayaannya dari pemberian
Bambang anak mantan presiden Suharto. Mama saya ketika saya ajak untuk mencoba
restaurant baru itu tidak mau, katanya kasihan dengan Halimah isteri Bambang
dan memilih makan di tempat lain.
Branding adalah pencitraan itu sendiri. Citra didalam
arti kata adalah gambar (Inggris: image), sedangkan didalam pola pikir
masyarakat dan konsumen, citra sering kali di identikan dengan sesuatu yang
tidak tampak atau kesan yang dirasakan. Didalam hal ini, pencitraan bukanlah
tujuan dari branding, karena branding adalah pencitraan itu sendiri. Jika branding adalah pencitraan, maka branding
adalah sesuatu yang sangat krusial, dan yang menentukan hidup matinya sebuah
merek.
Branding adalah brand yang
untuk memperkuat merek produk ataupun jasa. Kita semua mengetahui, bahwa
fungsi dasar dari sebuah merek adalah sebagai pembeda antara yang satu dengan
yang lainnya. Namun, dengan adanya dinamika didalam derasnya kompetisi pasar,
sebuah merek membutuhkan kekuatan dan pengelolaan. Unsur-unsur yang
mempengaruhi kekuatan sebuah merek adalah, dari apa yang anda lihat (tangible),
dan dari apa yang anda dengar dan yang anda rasakan (intangible).
Kedua unsur diatas merupakan syarat utama untuk membangun
kekuatan sebuah merek didalam kompetisi pasar. Lalu, elemen apa saja yang
terdapat di kedua unsur tersebut ? Elemen-elemen yang terdapat didalam kedua
unsur tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Tangible : Produk, packaging/kemasan, identitas
visual, dsb.
2.
Intangible : Kualitas produk dan jasa.
Kedua unsur inilah yang harus kita kelola dengan baik.
Didalam pengelolaan sebuah brand, memang bukanlah hal yang mudah, karena kita
harus berani menyadari dan mengevaluasi kekurangan dan kelemahan yang terdapat
di produk ataupun jasa yang kita miliki, mulai dari desain kemasan/packaging
yang tidak outstanding, desain identitas visual yang buruk, kualitas produk
yang kurang bisa bersaing, pelayanan yang tidak ramah-klien, dsb. Dengan adanya
evaluasi dan kesadaran itu, sebaiknya kita harus segera membenahi dalam waktu
secepat mungkin. Mengapa ? Karena ini berkaitan erat dengan citra dari Brand
yang anda miliki.
Jadi pikirkan
dengan baik dan rencanakan Brand yang ingin anda gunakan sebelum memulai
penjualan. Karena itu akan mempengaruhi penjualan produk atau jasa anda.
wah ...tulisan yang sangat bermanfaat.....saya jadi bisa tau tentang branding suatu produk....
ReplyDeleteTerima kasih bu artikel yang bermanfaat ini .
ReplyDeletesekarang aku makin semangat nih jualannya
ReplyDelete