Ketika
sedang menunggu pesawat di Malaysia, Saya mendapat sms dari teman yang
mengabarkan bahwa dia telah berhasil dan selamat menggugurkan kandungannya.
Memang sebelum berangkat teman saya ini curhat dan mengatakan dia ingin menggugurkan
kandungannya. Dia mengatakan kalau pacarnya itu statusnya masih belum cerai
dengan isterinya. Dan dia tidak ingin
mempermalukan keluarganya dengan kehamilannya. Karena keluarganya menganggap
dia adalah anak yang membanggakan keluarga, dari kota kecil tetapi bisa menjadi
seorang manager di perusahaan multi nasional dan dapat menyekolahkan
adik-adiknya. Sebelum kejadian ini, ketika dia terlambat datang bulan, dia selalu
minum pil yang katanya bisa membuat dia mens, Saya sudah mengingatkan dia untuk
menggunakan condom. Tetapi katanya pacarnya tidak suka dan dia menurut saja
karena dia mencintai pacarnya. Dia takut ditinggal pacarnya karena dia sudah
terlanjur melakukan hubungan seks dan dia merasa tidak akan ada laki-laki yang
mau kalau dia sudah tidak perawan lagi. Padahal pacarnya adalah the loser man I
ever known.
Kejadian
ini mengingatkan saya kepada dua orang teman saya yang lainnya. Teman saya,
sebut saja Ani, dia telah megugurkan kandungannya sebanyak lima kali ketika SMA
sampai kuliah. Sewaktu menggugurkan kandungannya yang terakhir itu
mengakibatkan cedera pada kandungannya sehingga dia tidak bisa memiliki anak
lagi. Memamg akhirnya dia menikah dengan pacarnya yang telah menyebabkan dia
megugurkan kandungan itu. Tetapi sekarang keluarga Suaminya itu membenci dia
karena tidak bisa memberikan keturunan penerus marga keluarga. Dia dianggap
perempuan mandul dan suaminya sama sekali tidak membela dia dihadapan
keluarganya. Mereka memang tidak menceritakan kejadian itu kepada kedua
keluarganya. Sekarang teman saya ini merasa tertekan dan ingin menceritakan
kejadian itu kepada keluarga suaminya tetapi dia tidak punya cukup keberanian.
Lain lagi
dengan teman saya yang lain. Dia seorang perempuan yang sangat cerdas dan dia
dapat beasiswa di universitas terkemuka, orang tuanya seorang buruh tani di
desa. Keluarganya sangat membanggakan keberhasilannya untuk bisa kuliah dan
berharap masa depan yang cerah. Ketika dipertengahan kuliah dia hamil oleh
pacarnya yang seorang bintara. Dia terpaksa megugurkan kandungan karena tidak
ingin mengecewakan dan mempermalukan keluarganya di desa dan pacarnya sendiri
tidak memungkin dia untuk menikah. Akhirnya pacarnya itu menikah dengan seorang
anak kolonel ketika lulus dan teman saya menjadi patah hati dan frustasi. Ketika ada laki-laki yang ingin serius dengan
dia dan dia menceritakan bahwa dia pernah megugurkan kandungan, hubungan itu
menjadi berakhir. Kejadian ini berulang sampai dua kali dan akhirnya membuat
dia pasrah dan frustasi. Katanya mungkin ini hukuman buatku karena aku telah
megugurkan kandunganku.
Saya tidak
ingin mengatakan bahwa aborsi adalah bukan pilihan yang bijak buat mereka. Saya
juga tidak ingin mengatakan benar atau salah. Karena saya berpikir bahwa setiap
perempuan berhak atas tubuh dan pilihan hidupnya. Tetapi kenapa pilihan itu
pada akhirnya merugikan perempuan itu sendiri. Dan kenapa hanya perempuan yang
menanggung beban semua itu. Bukankah dia melakukannya berdua?
0 comments:
Post a Comment