Ketika anda mengalami
pelayanan yang buruk pada saat berbelanja, apa yang akan anda lakukan? Mungkin
anda akan bertanya seberapa buruk? Mungkin anda akan menjawab tidak akan
berbelanja disitu kembali. Tetapi kalau itu sampai membuat anda tersingung atau
kesal mungkin anda akan marah kepada pelayannya, melaporkan ke managernya.
Mungkin juga anda akan mengUploadnya ke Facebook, twiiter atau bercerita
pengalaman tidak menyenangkan itu ke orang lain.
Kita semua tahu di
Indonesia suara konsumen sering kali tidak tersampaikan. Meskipun kita memiliki
YLKI Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia. Tetapi kita cenderung malas melaporkan
ke YLKI. Lebih cepat menyampaikan kekesalan kita itu ke kerabat atau ke
Facebook yang akan mendapat respon dari teman kita lebih cepat.
Menurut
Dimensionalresearch.com : 58% responden mengatakan mereka suka bebagi
pengalamannya tentang pelayanan sebuah toko melalui Facebook, Twitter, path
atau instagram dibanding 5 tahun yang lalu. Pengalaman buruk selama berbelaja
membuat sebagian kustomer akan berganti merk atau produk. Menurut penelitian tersebut pengalaman
menyenangkan berbelanja dan pengalaman buruk saat berbelanja lebih bertahan
lama pengalaman buruk daripada baik. 24% orang yang mempunyai pengalaman
menyenangkan akan bertahan tetapi tetap akan menacari yang terbaik lainnya.
Sedangkan 39% orang yang mempunyai pengalaman buruk akan menghindari membeli
ditempat yang sama. Disini jelas sekali orang cenderung mencari pelayanan yang
terbaik daripada sebuah retail. Tetapi ketika mendapatkan pelayanan buruk
konsumen akan langsung meninggalkan.
Orang yang mempunyai uang
akan lebih memilih tempat belanja yang mereka sukai. Tentu anda ingat kata-kata
pembeli adalah raja. Dia yang menentukan mau beli dimana dan apa. Maka dampak
paling berpengaruh ketika mendapat pelayanan buruk adalah orang yang mempunyai
uang untuk membeli. Manakah yang akan
disebarluaskan ke orang lain pengalaman menyenangkan atau tidak menyenangkan
selama berbelanja? Menurut survey pengalaman yang tidak menyenangkan 54% orang
akan membagikan pengalaman tidak menyenangkannya lebih dari 5 orang. Sedangkan
ketika mengalami pengalaman menyenangkan hanya 33%.
Dan 45% mengatakan mereka
membagikan pengalaman buruknya melalui media sosial ketika mengalami pengalaman
buruk. Sedangkan ketika mengalami pelayanan yang menyenangkan hanya 38%. Dengan
jejaring sosial yang telah sampai ke pelosok daerah tentu hal ini akan
berdampak pada penjualan di sebuah toko atau produk.
Dengan banyaknya pengguna
handphone yang bisa mengakses ke jejaring sosial memudahkan seseorang untuk
memosting apa saja. bai itu yang menyenangkan ataupun tidak menyenangkan. Bahkan
ada beberapa restoran dan bakery yang memberikan hadiah atau discount untuk
pelangan yang memuat foto makanan atau kue. Ini adalah salah satu cara agar
restoran dan bakerynya dikenal oleh masyarakat melalui jejaring sosial. Tetapi ini
juga akan berdampak bila ternyata makanan atau bakerynya ternyata tidak enak
atau dianggap mahal.
Saya pernah melihat
seseorang upload nota makan yang sampai satu juta lebih ketika makan di restoran
di pantai anyer. Dengan komen rasa kaki lima harga bintang lima. Segera nota makanan
ini di share beberapa orang, baik di Facebook ataupun di Twitter. Dengan komen
yang berbagai macam dan semua bertanya apa nama restorannya. Saya percaya orang
tidak akan datang ke restoran tersebut. Jadi mari kita memberikan pelayanan
yang terbaik dan membangun branding dengan pelayanan yang prima.
0 comments:
Post a Comment