Tuesday, January 22, 2013


Menurut Amalia E.Maulana, Brand adalah merek yang dimiliki oleh perusahaan, sedangkan branding adalah kumpulan kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka proses membangun dan membesarkan brand

Banyak pengusaha atau pedagang khususnya penjual makanan di Indonesia, yang pada awalnya tidak memberi merek atau brand pada dagangannya. Missal penjual gudeg yang akhirnya dikenal dengan gudeg yu jum, bakpia yang dikenal dengan nomer rumahnya, Bakwan Kapasari yang dulu berjualan di jalan kapasari, bakso ketabang kali, soto ayam ambengan pak sadi yang dulu berjualan dipinggir jalan ambengan. Semuanya berdasar nama penjual, nama jalan, nama karakter penjualnya, bebek pak jenggot karena yang jual berjenggot, Kepiting Cak Gundul karena yang jual gundul.

Tidak hanya orang biasa saja yang bisa menjadi merek atau brand suatu produk. Para artis yang mulai berbisnis juga menggunakan namanya sebagai merek dengan harapan, mudah dikenal dan tidak perlu lagi membangun branding di masyarakat. Sehingga orang berminat untuk mencoba, membeli dan merasakan product tersebut. Misalnya Inul daratista yang membuat bisnis karaoke dengan nama Inul Vista. Luna Maya dengan bisnis restonya di Bandung, Mayang Sari dengan Bisnis Suki bernama Mayang.

Brand yang menggunakan nama pemilik bisa menguntungkan bisa juga berdampak bila terjadi sesuatu dengan pemiliknya. Seperti kita ketahui ketika Luna Maya tersangkut kasus dengan Ariel, restorannya di Bandung langsung tutup. Kita juga tentu ingat dengan nama A Agym yang begitu terkenal dengan dakwahnya, disukai ibu-ibu dan memiliki banyak bisnis, pendiri pondok pesantren  Darut Tauhit. Tetapi ketika dia menceraikan Teh Ninih, semua bisnisnya ikut kolaps. Ibu-ibu jadi membencinya, dakwahnya tidak ada yang mau mendengar. Bisnis travel Hajinya langsung sepi, para orang tua menarik anaknya dari pondok pesantrennya.

Begitu pula dengan rumah makan wong solo, ketika pemiliknya dengan bangga mengatakan kalau dia memiliki beberapa isteri disebuah media. Langsung banyak para perempuan yang tidak suka dan tidak mau lagi makan di rumah makan tersebut. Rumah makan ini pengunjungnya rata-rata adalah keluarga. Para ibu tentu tidak senang dan tidak mau mengajak suaminya makan di rumah makan tersebut. Tidak beberapa lama beberapa gerainya tutup dan rumah makan ini menjadi sepi pengunjungnya.

Apakah ini juga yang terjadi dengan restaurant Suki milik Mayang Sari di Surabaya. Masih jelas dalam ingatan bagaimana arogantnya Mayang Sari dalam mendapatkan Bambang. Dengan terang-terangan dia memamerkan kekayaannya dari pemberian Bambang anak mantan presiden Suharto. Mama saya ketika saya ajak untuk mencoba restaurant baru itu tidak mau, katanya kasihan dengan Halimah isteri Bambang dan memilih makan di tempat lain.

Branding adalah pencitraan itu sendiri. Citra didalam arti kata adalah gambar (Inggris: image), sedangkan didalam pola pikir masyarakat dan konsumen, citra sering kali di identikan dengan sesuatu yang tidak tampak atau kesan yang dirasakan. Didalam hal ini, pencitraan bukanlah tujuan dari branding, karena branding adalah pencitraan itu sendiri.  Jika branding adalah pencitraan, maka branding adalah sesuatu yang sangat krusial, dan yang menentukan hidup matinya sebuah merek.
Branding adalah brand yang untuk memperkuat merek produk ataupun jasa. Kita semua mengetahui, bahwa fungsi dasar dari sebuah merek adalah sebagai pembeda antara yang satu dengan yang lainnya. Namun, dengan adanya dinamika didalam derasnya kompetisi pasar, sebuah merek membutuhkan kekuatan dan pengelolaan. Unsur-unsur yang mempengaruhi kekuatan sebuah merek adalah, dari apa yang anda lihat (tangible), dan dari apa yang anda dengar dan yang anda rasakan (intangible).
Kedua unsur diatas merupakan syarat utama untuk membangun kekuatan sebuah merek didalam kompetisi pasar. Lalu, elemen apa saja yang terdapat di kedua unsur tersebut ? Elemen-elemen yang terdapat didalam kedua unsur tersebut adalah sebagai berikut :
1.       Tangible : Produk, packaging/kemasan, identitas visual, dsb.
2.       Intangible : Kualitas produk dan jasa.

Kedua unsur inilah yang harus kita kelola dengan baik. Didalam pengelolaan sebuah brand, memang bukanlah hal yang mudah, karena kita harus berani menyadari dan mengevaluasi kekurangan dan kelemahan yang terdapat di produk ataupun jasa yang kita miliki, mulai dari desain kemasan/packaging yang tidak outstanding, desain identitas visual yang buruk, kualitas produk yang kurang bisa bersaing, pelayanan yang tidak ramah-klien, dsb. Dengan adanya evaluasi dan kesadaran itu, sebaiknya kita harus segera membenahi dalam waktu secepat mungkin. Mengapa ? Karena ini berkaitan erat dengan citra dari Brand yang anda miliki.

Jadi pikirkan dengan baik dan rencanakan Brand yang ingin anda gunakan sebelum memulai penjualan. Karena itu akan mempengaruhi penjualan produk atau jasa anda.

3 comments:

  1. wah ...tulisan yang sangat bermanfaat.....saya jadi bisa tau tentang branding suatu produk....

    ReplyDelete
  2. Terima kasih bu artikel yang bermanfaat ini .

    ReplyDelete
  3. sekarang aku makin semangat nih jualannya

    ReplyDelete